well...jgn lupa comment bro...
Penyelamat Sejarah
Besok adalah kesempatan terakhirku untuk mengikuti ulangan semester akhir. Namun, aku belum membayar iuran sekolah 3 bulan terakhir ini. Sedangkan apabila ingin mengikuti ujian, siswa harus melunasi iuran sekolah terlebih dahulu. Maklum, ayahku bekerja sebagai tukang gali kubur yang penghasilannya datang apabila ada orang yang meninggal. Masa aku berharap ada orang meninggal sehingga aku bias membayar iuran sekolah. Batinku terus memikirkan bagaimana cara agar aku bisa mengikuti ulangan semester dan membayar iuran sekolah. Sambil menyeruput air berwarna coklat yang sedikit manis. Teh hangat.
Tiba-tiba, Lukman datang memecah lamunanku.
“hoi Wan, udah bayar iuran belum?” Tanya Lukman kepadaku. Lukman juga sama sepertiku, belum membayar iuran. Bapaknya yang bekerja sebagai tukang cat juga berpenghasilan tak menentu.
“Belum, Man. Gimana nih? Kalo nggak bayar, kita bakalan nggak ikut ulangan semester.” Kataku pada Lukman.
“Haaaahhh.....(hambar) moga aja kita masih bisa ikut ujian.” Kata Lukman.
“iya Man.” Kataku.
Malam hari, seperti biasa aku belajar untuk esok hari. Menjelang malam, ayahku pergi keluar rumah sambil membawa sarung tangan dan cangkul besarnya. Menembus dinginnya malam dengan sepatu boot besar dan jaket tebal.dia dijemput oleh rombongan orang berbaju hitam dan menaiki mobil hitam pula. Aku heran dengan apa yang dilakukannya. Apakah ayahku pergi bekerja? Berarti aku bisa membayar iuran sekolah. Tapi aneh, apa ada orang yang dating ke pemakaman malam-malam. Ah, yang penting aku bisa membayar iuran sekolah. Ujarku. Ayah baru pulang ke rumah pukul 03.00 dan ayah memberikan ku uang yang sangat banyak. Uang itu lebih dari cukup untuk membayar uang iuran sekolah. Dengan wajah berseri-seri aku pergi ke sekolah.
Esoknya, aku memesan nasi goreng dan es jeruk di kantin. Datang Lukman menghampiriku.
“Wan, udah bayar iuran? Gue udah bayar loh.” Tanya Lukman padaku.
“Udah Man, akhirnya kita bisa ikut ulangan semester.” Kata gue.
“ooh. Syukur deh. Bapakku mandapat pekerjaan mengecat balai desa.” Kata Lukman
“hei kalian, udah liat berita belom? Harta karun peninggalan Belanda hilang.” Datang Edo menghampiri sambil mengapit Koran di lengannya. Edo adalah anak yang lumayan pintar. Dia pun suka dengan hal-hal yang berbau misteri.
“Wah, kemaren aku juga mengalami kejadian aneh. ayahku pergi keluar rumah sambil membawa sarung tangan dan cangkul besarnya. Menembus dinginnya malam dengan sepatu boot besar dan jaket tebal.dia dijemput oleh rombongan orang berbaju hitam dan menaiki mobil hitam. Kok bisa cocok ya? “ kata gue
“kok bisa ya? Aneh. Gimana kalo kita diskusikan hal ini dengan pak Rudi” kata Edo.
Pak Rudi adalah guru teladan sekolah ini. Kemampuannya sangat hebat. Dia juga disukai banyak murid. Setelah berdiskusi dengan Pak Rudi, Ia menyuruh kami untuk membawa peralatan seperti cangkul dan hal lainnya. Dia mengatakan bahwa hal ini sangat penting. Dan kami pun menyangguppinya. Kami akan pergi ke kuburan malam ini.
Dinginnya malam terus menyelimutiku. Jaket besar yang kupakai pun tak mampu menghadang derasnya angin menerpa wajahku. Aku melihat Lukman tak dapat menahan kantuk yang luar biasa. Sesekali dia oleng. Sedangkan Edo selalu merapatkan tubuh sambil megemeretkan gigi. Mencari kehangatan dan Pak Rudi yang sedang menghirup kreteknya. Kami berempat pun membuka pintu kuburan. Satu-satunya kuburan yang ada di daerah itu. Setelah melihat kesana-kemari, kami menemukan kuburan yang baru saja selesai ditimbun. Bau tanah coklat tercium olehku. Cukup aneh melihat kuburan itu sepi sekali. Tak ada karangan bunga atau orang yang melayat. Cukup mencurigakan. Kami pun langsung menggali kuburan tersebut dengan peralatan yang kami bawa. Jam menunjukkan pukul 23.30 dan kami terus menggali kuburan tersebut. Cukup lama menggali akhirnya kami menemukan peti mati yang cukup besar tertimbun di dalam kuburan. Dan pak Rudi membuka peti tersebut. Dan isinya adalah guci yang penuh dengan emas. Kami pun terkejut. Melihat isi peti mati tersebut. Pak Rudi langsung menelepon seseorang dan menyuruh kami pulang krena hari telah larut malam.
Hari senin esok paginya, kami pergi ke sekolah dengan biasa. Namun pada saat akhir upacara, datanglah seseorang gagah berpakaian seragam polisi datang. Menaiki podium dan berbicara “hari ini, kita memiliki beberapa pahlawan yang berhasil menyelamatkan harta warisan sejarah. Mereka telah berhasil menemukan harta peninggalan Belanda yang telah dicuri yaitu berupa guci antic dan emas tahun 1700-an dan sekarang, mohon tampil ke depan Wawan Suprayetno, Muhammad Lukman, Edo Setiawan, dan Rudi Alamsyah. Penjahat telah berhasil diamankan. Dan mereka berhak mendapat hadiah berupa lencana penghargaan dan juga beasiswa. Beri tepuk tangan untuk mereka" kata polisi tersebut. Kami pu maju ke tengah lapangan dan menyambut ratusan pasang tangan bertepuk taangan menyoraki kami. Suasana riuh pun terasa. Ayahku menceritakan bahwa dia diimingi hadiah besar dan dia memberitahu lokasi persembunyian mereka. Dan aku pun bahagia. Selain berhasil menyelamatkan sejarah. Kini, iuran sekolah pun bukan menjadi masalah lagi.